SELAMAT DATANG DI WEBSITE LAZIS NU TAPEN KUDU JOMBANG

Kamis, 22 September 2011

HARI KEMENANGAN

Abd. Hamid Hamdah *
Puasa merupakan ibadah yang sangat penting dalam syari’at Islam. Jika perintah puasa lebih dulu disyari’atkan daripada zakat, berarti puasa Romadhan yang dilakukan sebagai kewajiban itu mendidik manusia sehingga tumbuh kesadaran sosialnya. Keadaan ini mempengaruhi jiwa orang yang berpuasa, timbul rasa simpati dan empati kepada kaum dhuafa khususnya kaum fakir miskin dan anak anak yatim untuk membantu meringankan beban mereka. Kemudian turun perintah zakat, hal ini sebagai jawaban agar kita senantiasa memperhatikan nasib mereka yang dalam kesusahan.
Dengan begitu kita mampu menyadari bahwa puasa bukan saja ibadah ritual yang tanpa makna, karena dengan berpuasa kita turut serta merasakan bagaimana rasanya haus dan lapar sehingga kita akan menjadi individu yang belas kasih dan tidak mementingkan diri sendiri.
Pada dasarnya semua ibadah tidak hanya membentuk karakter manusia menjadi baik secara individu saja namun lebih dari itu, ibadah akan membentuk pribadi yang baik secara individu serta peduli akan lingkungan sosialnya.Seseorang akan bisa dikatakan sholeh apabila dia sudah mengerjakan sholat dan mau mebantu sesamanya apabila ada yang membutuhkan. Seringkali kita menjumpai seorang yang sholatnya sangat khusuk, tidak pernah meninggalkan puasa, sudah pergi haji namun hubungan sosialnya kurang bagus sebab masih sering mencibir, mencemooh orang lain, acuh tak acuh dengan lingkungan.
Dalam suasana lebaran yang penuh dengan kegembiraan ini perlu kita tingkatkan kesadaran kita, bahwa kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat harus menanamkan sifat saling membantu, hidup gotong royong dan saling tolong menolong. Hilangkan sifat egoisme (mementingkan diri sendiri) tanpa memperdulikan kepentingan orang lain, jangan asal dirinya sudah kenyang, berkecukupan, selamat dan bahagia lalu tidak memperdulikan nasib dan keadaan orang lain. Apapun yang kita senangi, baik yang berupa kebahagaiaan maupun kebaikan yang telah kita rasakan harus pula dapat dikenyam oleh saudara saudara sesama umat Islam yang lain. Jika mereka belum bisa, maka kita harus ikut membantunya. Bilamana ada saudara saudara kita yang kelaparan, hendaklah kita bantu hingga ia dapat makan dan merasakan kenyang sebagaimana yang telah kita rasakan. Demikian pula masalah amaliah, bilamana ada salah seorang dari teman kita yang belum mau berbuat taat kepada Allah, maka tugas kita harus mengajaknya dan memberi nasehat kepadanya agar teman kita mau bersama sama mensyukuri nikmat Allah dengan menggunakan umur untuk taat kepada Allah SWT.

Sebagai petunjuk syukur itu pula sejak kemarin kita bertakbir, bertahmid dan bertahlil. Kita bayarkan zakat fitrah dan mal wujud sebagaian kecil kepedulian kita kepada dhuafa’. Pagi hari ini kita berboondong bondong sambil kumandangkan takbir menuju tempat Masjid untuk menjalankan sholat Ied. Sabda Nabi SAW. “Barang siapa berpuasa dengan landasan iman dan hanya mengharap Ridho Allah, maka akan diampuni segala dosa dosanya yang terdahulu (HR. Ahmad). Mungkin pertanyaannya adalah bagaimana dengan dosa dosa kita kepada sesama manusia? Apakah Allah juga akan mengamupuninya? Tidak, karena Allah tidak akan mengampuninya selama orang yang tersakiti belum memaafkan. Karena itu marilah di hari yang fitri ini kita membuka dada, menggelar samudra kemaafan, jika bersalah segera minta maaf dan mendahului minta maaf sebelum diminta. Mari menjadi hamba Allah yang terpuji dengan selalu memberi walaupun tak pernah diberi, memberi maaf walaupun selalu didholimi, menyambung silaturrahiem kepada mereka yang sengaja memutuskannya. Sungguh hidup ini penuh damai, tentram dan sejuk jika kita memiliki jati diri seperti itu. Do’a ‘Taqobbalallahu minna waminkum taqobbal ya kariem, minal Aidzin wal faizin” mari kita semarakkan, semoga ibadah kita selama bulan Romadhan ini diterima oleh Allah SWT dan semoga kita kembali Fitri dan menjadi hamba yang meraup kemenangan, amien. Wallahu a’lam bisshowwab (*Ketua Lazis NU Tapen).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar